Dalam kritik yang tajam, China mengecam Amerika Serikat pada hari Kamis setelah Angkatan Laut AS melintasi Selat Taiwan dengan kapal perangnya. Tindakan ini merupakan yang pertama kalinya sejak pemilihan presiden dan parlemen di pulau tersebut. Tiongkok mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, menilai langkah tersebut sebagai “masalah dan provokasi.” Taiwan, yang diperintah secara demokratis, bersikeras bahwa hanya rakyatnya yang berhak menentukan masa depannya sendiri.
Kolonel Wu Qian, Juru Bicara Kementerian Pertahanan China, mengeluarkan pernyataan kritis tersebut dalam konferensi pers bulanan. Menurutnya, kapal perang dan pesawat AS telah menyebabkan masalah dan provokasi di dekat wilayah Tiongkok. Melakukan aktivitas besar-besaran di perairan dan ruang udara sekitarnya. Laporan Angkatan Laut AS menyebutkan bahwa kapal perusak USS John Finn melintasi koridor di Selat Taiwan di luar batas laut teritorial negara pesisir manapun.
Wu membela respons Tiongkok terhadap insiden tersebut, menyebutnya sebagai tindakan yang “dibenarkan, wajar, profesional, dan terkendali.” Dia menegaskan bahwa militer China akan terus mengorganisir operasi militer terkait di sekitar Selat Taiwan. Secara teratur sebagai bagian dari pelatihan rutin. Beberapa analis memprediksi peningkatan latihan semacam itu menjelang pelantikan Presiden Terpilih Taiwan, William Lai, pada bulan Mei mendatang.
Saat ditanya tentang kemungkinan pertemuan antara Menteri Pertahanan China yang baru diangkat, Dong Jun, dengan rekan sejawat AS-nya, Wu menyatakan bahwa Tiongkok menunjukkan sikap terbuka terhadap dialog bilateral di semua tingkatan, meskipun dia tidak mengonfirmasi pertemuan tersebut.
Filipina Melanggar Kedaulatan China
Wu juga menanggapi rencana Filipina untuk memperkuat konstruksi di Kepulauan Spratly yang dipertentangkan. Dia menuduh Manila “melanggar kedaulatan Tiongkok dan membuat provokasi di Laut China Selatan” sambil diduga bersekongkol dengan kekuatan eksternal.
Dalam konteks sengketa batas India-China, Wu menyatakan bahwa ketegangan di perbatasan adalah “masalah yang tersisa dari sejarah dan bukan seluruh hubungan China-India.” Dia menilai bahwa sangat “tidak bijaksana dan tidak sesuai” bagi India untuk mengaitkan masalah ini dengan hubungan bilateral.
Terakhir, Tiongkok membantah memberikan senjata atau peralatan apa pun dalam konflik di Timur Tengah. Tiongkok menyangkal laporan bahwa senjata buatan Tiongkok digunakan oleh militan Hamas di Jalur Gaza, yang diumumkan oleh militer Israel.