Amerika Serikat Meluncurkan Serangan Udara di Irak dan Suriah

Amerika Serikat meluncurkan serangan udara dengan pesawat B-1

Pada Jumat (2/1) Angkatan Bersenjata Amerika Serikat meluncurkan serangan udara di Suriah dan Irak. Menargetkan setidaknya 85 lokasi yang terhubung dengan Pasukan Garda Revolusioner Iran (IRGC) dan juga milisi yang mereka dukung. Tindakan ini sebagai respons terhadap serangan di Yordania minggutiga lalu yang menyebabkan tiga orang tentara AS tewas. Serangan ini, dilakukan dengan menggunakan pembom B-1 jarak jauh. Menandai langkah awal dalam respons berlapis administrasi Presiden Joe Biden pada serangan oleh militan Iran. Dan memungkinkan akan ada operasi militer lebih lanjut dalam waktu dekat.

Meskipun serangan tersebut tidak menyasar lokasi di dalam Iran, mereka menandai eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah yang berbeda dari perang Israel menghadapi Hamas Palestina di Jalur Gaza yang berlangsung selama empat bulan terakhir. Sasaran melibatkan pusat kendali, roket, fasilitas penyimpanan drone dan misil. Juga fasilitas pasokan amunisi dan logistik, demikian disampaikan oleh militer AS dalam sebuah pernyataan.

Pasukan AS menargetkan lebih dari 85 lokasi yang melibatkan 7 lokasi, tiga di Irak dan empat di Suriah. Serangan tersebut difokuskan pada Pasukan Quds – sayap mata-mata asing dan IRGC yang mempengaruhi milisi sekutunya di seluruh Timur Tengah, mulai dari Irak hingga Lebanon, dan Suriah hingga Yaman.

Jenderal Letnan Douglas Sims AS, direktur Joint Staff, menyatakan bahwa serangan ini tampak sukses. Memicu ledakan besar lainnya saat bom mengenai target. Sampai sekarang belum ada konfirmasi mengenai militan yang tewas.

Suriah Mengutuk Serangan Udara Amerika Serikat

Kementerian Pertahanan Suriah mengutuk serangan udara AS. Menyalahkan “agresi udara terang-terangan” yang menyebabkan sejumlah warga sipil dan tentara tewas. Serta kerusakan yang signifikan pada properti publik dan pribadi. Militer Irak mengungkapkan keprihatinan terhadap serangan tersebut dan memperingatkan bahwa serangan itu bisa merusak stabilitas wilayah ini.

Belum ada tanggapan publik dari Iran. Televisi negara Iran, dalam laporannya tentang serangan tersebut, menggambarkan Amerika sebagai pasukan teroris.

Serangan di Yordania akhir pekan lalu merupakan serangan mematikan pertama terhadap tentara AS sejak konflik Israel-Hamas meletus pada Oktober. Amerika Serikat menilai bahwa drone yang bertanggung jawab atas kematian dan luka-luka tersebut dibuat oleh Iran.

Presiden Biden menegaskan dimulainya respons mereka, dengan rencana tindakan lebih lanjut. Menteri Pertahanan Lloyd Austin menyatakan bahwa serangan ini menandai awal respons mereka. Dengan menekankan bahwa AS tidak mencari konflik, tetapi tidak akan mentolerir serangan terhadap pasukan Amerika.

Pentagon menolak konflik dengan Iran dan meyakini bahwa Tehran juga tidak menginginkan perang. Meskipun tekanan dari kalangan Republikan semakin meningkat agar Biden memberikan pukulan langsung.

Roger Wicker, anggota Partai Republik teratas di Komite Layanan Bersenjata Senat, mengkritik Biden karena tidak memberikan hukuman yang cukup berat kepada Iran dan lambat dalam merespons.

Sebelum serangan balasan pada Jumat, Presiden Iran Ebrahim Raisi menegaskan bahwa Iran tidak akan memulai perang tetapi akan “menanggapi dengan tegas” terhadap siapa pun yang mencoba membully negara tersebut.

Belum Ada Komunikasi

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, menyatakan bahwa pemerintahan Biden belum berkomunikasi dengan Iran sejak serangan di Yordania.

Penasihat Iran mendukung kelompok bersenjata di Irak (di mana AS memiliki sekitar 2.500 tentara) dan Suriah (dengan 900 tentara).

Pasukan AS telah diserang lebih dari 160 kali di Irak, Suriah, dan Yordania sejak serangan Hamas-Israel dimulai pada 7 Oktober. Sebagai respons terhadap serangan Hamas, Israel telah mengebom Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, menyisakan sedikit tempat bagi warga Palestina untuk melarikan diri.

Pejuang Houthi di Yaman telah meluncurkan drone dan misil ke kapal di Laut Merah, dengan klaim bahwa ini bertujuan mendukung Palestina melawan Israel.

Sementara itu, Baghdad dan Washington sepakat membentuk sebuah komite untuk memulai pembicaraan tentang masa depan koalisi militer yang dipimpin AS di Irak, dengan tujuan menetapkan jadwal penarikan bertahap pasukan dan mengakhiri koalisi yang dipimpin AS melawan Negara Islam.

Kirby menyatakan bahwa pemerintah Irak telah diberitahu tentang serangan Jumat sebelumnya.

Meskipun Kataib Hezbollah, yang disalahkan oleh AS atas serangan di Yordania, mengumumkan penundaan serangan terhadap pasukan AS, kelompok Irak yang didukung Iran lainnya, Nujaba, menyatakan niat untuk terus melancarkan serangan sampai perang di Gaza berakhir dan pasukan AS keluar dari Irak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *