Mesir sedang mempersiapkan area di perbatasan Gaza yang dapat menampung warga Palestina dalam kasus exodus yang dipicu oleh tindakan Israel di Rafah. Meskipun secara resmi menyangkal persiapan semacam itu, kekhawatiran akan pemindahan warga Palestina ke Sinai terdengar di seluruh wilayah.
Latar belakang konflik yang meningkat di Gaza mendorong Mesir untuk mengambil langkah-langkah pencegahan. Meskipun ada optimisme seputar negosiasi gencatan senjata yang sedang berlangsung. Sumber-sumber mengungkapkan bahwa mereka telah memulai pembangunan tempat penampungan sementara di area gurun dekat perbatasan, dengan menekankan sifat kontingen.
Mesir Menghadapi Diplomasi yang Rumit
Namun, di tengah sensitivitas masalah ini, sumber pengungkap informasi ini lebih memilih untuk tetap anonim. Hal ini menegaskan tantangan diplomasi yang rumit yang dihadapi Mesir dalam mengelola hubungan di wilayah tersebut.
Pengumuman Israel tentang serangan yang akan datang di Rafah, dianggap sebagai “kubu terakhir” Hamas, menimbulkan kekhawatiran. Potensi pemindahan lebih dari satu juta warga Palestina yang saat ini mencari perlindungan di Rafah memperparah urgensi situasi tersebut. PBB, melalui kepala bantuan Martin Griffiths, memperingatkan tentang konsekuensi serius dari serangan semacam itu. Termasuk kemungkinan warga Palestina masuk ke Mesir.
Keberatan Mesir terhadap pemindahan warga Palestina berasal dari sentimen Arab yang lebih luas terhadap “Nakba” sejarah. Yang menggarisbawahi trauma migrasi paksa selama pembentukan Israel pada tahun 1948.
Pembangunan tempat penampungan dilaporkan dimulai beberapa hari yang lalu, dengan tujuan memberikan perlindungan sementara hingga penyelesaian tercapai. Namun, pihak berwenang Mesir dengan tegas menyangkal klaim ini. Menegaskan solidaritas mereka dengan warga Palestina dan menolak segala persiapan untuk pemindahan.
Meskipun penolakan resmi, gambar yang dirilis oleh Sinai Foundation for Human Rights menunjukkan sebaliknya, dengan menampilkan aktivitas konstruksi di area tersebut. Meskipun kami memverifikasi lokasi sebagian dari rekaman sebagai Rafah, konteks lengkapnya tetap tidak dikonfirmasi, menambah kompleksitas situasi tersebut.
Dengan lebih dari setengah populasi Gaza berkumpul di Rafah, kekhawatiran akan keselamatan mereka semakin meningkat. Tekanan internasional meningkat, dengan Presiden AS Joe Biden mendorong Israel untuk memprioritaskan perlindungan sipil. Namun, tantangan logistik menghambat upaya Israel untuk merumuskan rencana evakuasi yang konkret.
Saat ketegangan antara Mesir dan Israel meningkat, keseimbangan delikat hubungan regional terancam. Menteri Luar Negeri Mesir menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap perjanjian perdamaian, menekankan pentingnya dedikasi bersama untuk menjaga stabilitas di wilayah tersebut.
Pada intinya, persiapan Mesir di perbatasan Gaza menyoroti kerapuhan situasi dan kebutuhan akan resolusi diplomatis untuk mencegah krisis kemanusiaan lebih lanjut.