Di tengah sorotan kritik dari pemerintah-pemerintah Barat, kemenangan pemilihan kembali Presiden Rusia Vladimir Putin telah menarik tanggapan yang beragam secara global. Mencerminkan perubahan dinamika geopolitik di dunia pasca-invasi Ukraina.
Menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels mengutuk pemilihan sebagai pembohongan dan mempersiapkan sanksi. Sementara pemimpin dari Tiongkok, India, dan Korea Utara memberikan ucapan selamat kepada Putin, menyoroti dinamika yang rumit sedang berlangsung. Divergensi dalam reaksi ini menegaskan garis-garis perpecahan yang semakin dalam antara Rusia dan Barat sejak konflik Ukraina meletus. Menandai pergeseran seismik dalam hubungan internasional yang mengingatkan pada era Perang Dingin.
Para pemimpin Eropa mengecam kurangnya pilihan dalam proses pemilihan Rusia dan mengutuk perlakuan terhadap kritikus Kremlin Alexei Navalny. Dengan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyebut pemilihan sebagai sekadar kedok belaka. Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne dengan sinis menyebutnya sebagai “operasi pemilihan khusus,” menggambarkan keprihatinan tentang defisit demokrasi.
Menyuarakan sentimen yang sama, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengkritik konsolidasi kekuasaan Putin melalui represi dan manipulasi. Sambil mengutuk inklusi wilayah Ukraina yang diduduki dalam proses pemilihan.
Tiongkok dan India Memuji Vladimir Putin
Dalam kontras yang tajam, pemimpin dari kekuatan non-Barat seperti Tiongkok dan India memuji kemenangan Putin. Menekankan komitmen mereka untuk memperkuat hubungan dengan Moskow. Presiden Tiongkok Xi Jinping memuji kepemimpinan Putin, menyatakan keyakinan dalam pencapaian masa depan Rusia. Sementara Perdana Menteri India Narendra Modi mengulangi kemitraan yang langgeng antara negaranya dengan Rusia.
Bahkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Iran Ebrahim Raisi, keduanya di bawah pengawasan Barat karena hubungan mereka dengan Rusia, memberikan ucapan hangat kepada Putin, menandakan niat mereka untuk memperkuat kerjasama bilateral.
Di Afrika, di mana aliansi-aliansi tradisional sedang berubah, pemilihan kembali Putin dipandang sebagai konsolidasi pengaruh Rusia, terutama di negara-negara seperti Burkina Faso, Mali, dan Niger, yang semakin beralih ke Moskow di tengah pergolakan politik.
Secara keseluruhan, reaksi global terhadap pemilihan kembali Putin mencerminkan lanskap geopolitik yang kompleks, dengan kepentingan yang berbeda membentuk respons diplomatik dan aliansi dalam dunia yang semakin ditandai oleh pergeseran kekuasaan dan realignmen strategis.